MAKALAH
INC
(PERSALINAN
KALA II)
Dosen
Pembimbing:
Siti
Hamidah, SST., M.Kes
Disusun
oleh :
KELOMPOK
8
1.
Resti
Eva Lia
2.
Ririn
Dwi Ratnasari
3.
Riska
Wahyuningsih
AKADEMI
KEBIDANAN DELIMA PERSADA GRESIK
TAHUN
AKADEMIK 2014-2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas
kehadiran Allah SWT , atas segala limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Persalinan kala II.
Sholawat beriring salam juga tak
lupa kami sampaikan kepada nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan kehidupan
ini menjadi lebih beradab. Dalam penyusunan makalah ini banyak mengalami
hambatan, namun berkat arahan dan bimbingan dari berbagai pihak maka kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Oleh sebab itu pada kesempatan ini kami
mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan semua
masukan dan arahan sehingga makalah ini dapat diselesikan.
Kami sangat menyadari bahwa makalah
ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan dan masih jauh dari kesempurnaan,
oleh sebab itu saran dan kritik kami harapkan demi kesempurnaan dimasa yang
akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat terutama kami sebagai penulis khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya.
Gresik, 27 September 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan
masalah......................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................... 1
BAB
II TINJAUAN TEORI
2.1 Batasan, gejala dan tanda kala
dua persalinan........................... 2
2.2
Posisi dan cara meneran yang benar.......................................... 3
2.3
Prosedur untuk melahirkan dan menolong bayi......................... 4
2.5
Pemantauan selama kala II persalinan....................................... 10
2.4
Indikasi untuk tindakan dan rujukan segera............................... 11
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................ 17
3.2 Saran.......................................................................................... 17
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Makalah ini menguraikan berbagai proses
yang terjadi selama kala dua persalinan dan asuhan yang diperlukan untuk
memandu kelancaran proses tersebut. Proses-proses fisiologis yang terjadi mulai dari adanya gejala dan tanda kala dua
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Penolong persalinan, selain diharapkan mampu
untuk memfasilitasi berbagai proses tersebut, juga terampil dalam mencegah
terjadinya berbagai penyulit, mengenali gangguan atau komplikasi sejak tahap
yang paling dini, dan menatalaksanakan atau merujuk ibu bersalin secara adekuat
dan tepat waktu.
1.2
Rumusan masalah
1. Bagaimana batasan,
gejala dan tanda kala dua persalinan?
2. Bagaimana Macam-macam
posisi pada kala dua persalinan ?
3. Bagaimana prosedur
untuk melahirkan dan menolong bayi ?
4. Bagaimana Pemantauan
selama kala II persalinan?
5. Bagaimana indikasi
untuk tindakan dan rujukan segera ?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui batasan, gejala dan tanda kala dua persalinan.
2.
Mengetahui Posisi dan cara meneran yang benar.
3.
Mengetahui prosedur untuk melahirkan dan menolong bayi.
4.
Mengentahui Pemantauan selama kala II
persalinan.
5. Mengetahui indikasi
untuk tindakan dan rujukan segera.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1
Batasan kala dua persalinan
Kala
dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran
bayi.
(APN : 2008)
Kala
II dimulai sejak pembukaan lengkap (10 cm) hingga lahirnya bayi. Pada Multipara berlangsung selama 1 jam
sedangkan pada Primipara berlangsung
selama 2 jam.
(
Rangkuman Materi Kebidanan)
Gejala
dan Tanda kala II persalinan
(Menurut APN.2008)
1. Ibu
merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
2. Ibu
merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau vagina.
3. Perineum
menonjol (Perjol)
4. Vulva-vagina
dan sfingter ani membuka (vulka)
5. Meningkatnya
pengeluaran lendir bercampur darah
6. Terlihatnya
kepala janin di introitus vagina.
Tanda
pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi
obyektif) yang hasilnya adalah :
·
Pembukaan serviks telah lengkap.
·
Terlihatnya bagian kepala bayi melalui
introitus vagina.
2.2 Posisi saat persalinan.
(Menurut Sumarah, dkk. 2009. Hal: 102)
Persalinan
merupakan suatu peristiwa fisiologis tanpa disadari dan terus
berlangsung/progresif. Penolong persalinan dapat membantu ibu agar tetap tenang
dan rileks, maka penolong persalinan harus memfasilitasi ibu dalam memilih
sendiri posisi meneran dan menjelaskan alternatif-alternatif posisi meneran
bila posisi yang dipilih ibu tidak efektif. Adapun macam-macam posisi meneran
adalah :
1.
Posisi setengah duduk
Posisi ini dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu dan
memberi kemudahan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi. Posisi ini juga
dipengaruhi gaya gravitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya.
2.
Posisi
jongkok atau berdiri
Posisi ini membantu mempercepat kemajuan kala 2 persalinan
dan mengurangi rasa nyeri.
3.
Merangkak
atau berbaring miring kiri.
Posisi ini membuat ibu merasa lebih nyaman, efektif untuk
meneran, mengurangi nyeri punggung dan mengurangi resiko terjadinya laserasi.
Posisi ini juga membantu perbaikan oksiput yang melintang untuk berputar posisi
menjadi oksiput anterior.
4.
Hindari posisi telentang.
Pada posisi telentang
dapat menyebabkan:
a. Hipotensi
dapat beresiko terjadinya syok dan berkurangnya suplay oksigen dalam sirkulasi
uteroplaceta sehingga dapat menyebabkan hipoksia bagi janin.
b. Rasa
nyeri yang bertambah.
c. Kemajuan
persalinan bertambah lama.
d. Ibu
mengalami gangguan untuk bernafas
e. Buang
air kecil terganggu
f. Mobilisasi
ibu kurang bebas
g. Ibu
kurang semangat
h. Resiko
laserasi jalan lahir bertambah
i.
Dapat mengakibatkan kerusakan pada
syaraf kaki dan punggung.
2.3 Prosedur
Menolong Persalinan
(Menurut APN 2008. Hal : 83)
2.3.1
Cara Meneran
1. Anjurkan
ibu untuk meneran mengikuti dorongan
alamiahnya selama kontraksi.
2. Beritahukan
untuk tidak menahan napas saat meneran
3. Minta
untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi
4. Jika
ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah untuk meneran
jika lutut ditarik ke arah dada dan dagu ditempelkan ke dada.Minta ibu untuk
tidak mengangkat bokong saat meneran.
5. Tidak diperbolehkan untuk mendorong
fundus untuk membantu kelahiran bayi.
6. Dorongan
pada fundus meningkatkan risiko distosia bahu dan ruptura uteri. Peringatkan
anggota keluarga ibu untuk tidak mendorong fundus bila mereka mencoba melakukan
itu.
Catatan:
Jika
ibu adalah PrimiGravida dan bayinya belum lahir atau persalinan tidak akan segera
terjadi setelah dua jam meneran maka ia harus segera dirujuk ke fasilitas
rujukkan. Lakukan hal yang sama apanila seorang multigravida belum juga
melahirkan bayinya atau persalinan tidak akan segera terjadi setelah satu jam meneran.
2.3.2
Menolong Kelahiran Bayi
(Menurut APN 2008)
*Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi apapun
kecuali pada posisi berbaring telentang (Supine Position).
Alasan: Jika ibu berbaring telentang
maka berat uterus dan isinya (janin,cairan ketuban, plasenta, dll) menekan vena
cava inferior ibu. Hal ini akan mengurangi pasokan oksigen melalui sirkulasi
utero-plasenter sehingga akan menyebabkan hipoksia pada bayi. Berbaring
telentang juga akan mengganggu kemajuan persalinan dan menyulitkan ibu untuk
meneran secara efektif (enkin, et al, 2000).
Apapun posisi yang dipilih oleh ibu, pastikan
tersedia alas kain atau sarung bersih dibawah ibu dan kemudian untuk menjangkau
semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membantu kelahiran bayi.
Tempatkan juga kain atau handuk bersih diatas perut ibu sebagai alas tempat
meletakkan bayi baru lahir.
1.
Melahirkan
kepala
Saat kepala bayi membuka vulva (5-6),
letakkan kain yang bersi dan kering yang dilipat 1/3 nya dibawah bokong ibu dan
siapkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu (untuk mengeringkan bayi
segera setelahlahir). Lindungi perineum degan satu tangan (di bawah kain bersih
dan kering), ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tanngan pada
sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang
kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap
melewati introitus dan perineum.
Alasan: melindungi
perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hati-hati dapat mengurangi
regangan berlebihan (robekan) pada vagina dan perineum.
Perhatikan
perineum pada saat kepala keluar dan dilahirkan. Usap muka bayi dengan kain
atau kasa bersih atau DTT untuk membersihkan lendir dan darah dari mulut da
hidung bayi.
Jangan
melakukan pengisapan lendir secara rutin pada mulut dan hidung bayi. Sebagian
besar bayi sehat dapat menghilangkan lendir tersebut secara alamiah dengan mekanisme bersin dan menangis saat lahir.
Pada pengisapan lendir yang terlalu dalam, ujung kanul penghisap dapat menyentuh daerah orofaring yang kaya dengan
persyarafan parasimpatis sehingga dapat menimbulkan reaksi vaso-vagal. Reaksi
ini menyebabkan perlambatan denyut jantung (bradikardia) dan atau henti napas
(apnea) sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa bayi (Enkin, et al, 2000). Dengan alasan itu
maka penhisapan lendir secara rutin
menjadi tidak dianjurkan.
Selalu isap mulut bayi lebih dulu
sebelum menghisap hidungnya. Mengisap hidung lebih dulu dapat menyebabkan bayi
menarik napas dan terjadi aspirasi mekonium atau cairan yang ada di mulutnya.
Jangan masukan kateter atau bola karet penghisap terlalu dalam pada mulut atau
hidung bayi. Hisap lendir pada bayi dengan lembut, hindari penghisapan yang
dalam dan agresif.
Periksa
tali pusat pada leher
Setelah kepala bayi lahir, minta
ibu untuk berhenti meneran dan bernapas cepat. Periksa leher bayi apakah
terlilit oleh tali pusat. Jika ada dan lilitan di leher bayi cukup longgar maka
lepaskan lilitan tersebut dengan melewati kepala bayi. Jika lilitan tali pusat
dengan klem pada 2 tempat dengan jarak 3 cm, kemudian potong tali pusat di antara
2 klem tersebut.
2.
Melahirkan
bahu
·
Setelah menyeka mulut dan hidung bayi
dan memeriksa tali pusat, tunguu kontraksi berikut sehngga terjadi putaran
paksi luar secara spontan.
·
Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan
kepala bayi, minta ibu meneran sambil menekan kepala ke arah bawah dan lateral
tubuh bayi hingga bahu depan melewati simfisis.
·
Setelah bahu depan lahir, gerakkan
kepala ke atas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan seluruh dada
dapat dilahirkan.
Catatan:
sulit untuk memperkirakan kapan distosia
bahu dapat terjadi. Sebaiknya selalu dianstipasi kemungkinan terjadinya distosia bahu pada setiap kelahiran
bayi, terutama pada bayi-bayi besar dan penurunan kepala lebih lambat dari
biasanya. Jika terjadi ditosia bahu maka tatalaksana sebaik mungkin
Tanda-tanda
dan gejala-gejala distosia bahu adalah sebagai berikut:
·
Kepala seperti tertahan di dalam vagina.
·
Kepala lahir tetapi tidak terjadi
putaran paksi luar.
·
Kepala sempat keluar tetapi tertarik
kembali ke dalam vagina (turtle sign)
3.
Melahirkan
seluruh tubuh bayi
·
Saat bahu posterior lahir, geser tangan
bawah (posterior) ke arah perineum dan sanggah bahu dan lengan atas bayi pada
tanga tersebut.
·
Gunakan jari tnangan-tangan yang sama
utuk mengendalikan kelahiran siku dan tangan pada sisi posterior bayi pada saat melewati perineum.
·
Gunakan tngan yang sama untuk menopang
lahirnya siku dan tangan posterior saat melewat perineum.
·
Tangan bawah (pasterior) menopang
samping lateral tubuh bayi saat lahir
·
Secara simultan. Tangan atas (anterior) untuk menelusuri dan memegang bahu,
siku dan lengan bagian anteior.
·
Lanjutkan penelusuran dan memegang tubuh
bayi ke bagian punggung. Bokong dan kaki.
·
Dari arah belakang. Siapkan jari
telunjuk tangan atas di antara kedua kaki bayiyang kkemudian di pegang dengan
ibu jari dan ketiga jari tangan lainya
·
Letakkan bayi diatas kin atau handuk
yang telah disiapkan pada perut bawah ibu dan posisikan kepala bayi sedikit lebih
rendah dari tubuhnya.
·
Segera keringkan sambi melakukan
rangsangan taktil pada tubuh bayi dengan kan atau selimut di atas perut ibu.
Pastikan bahwa kepala bayi tertutup dengan
baik.
4.
Memotong
tali pusat
Dengan menggunakan klem DTT, lakukan penjepitan tali pusat dengan
klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik
jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke
arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali
pusat). Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama
pada sisi aau mengarah ke ibu. Pegang tali pusat di antara keuda klelm
tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi,
tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebt dengan
menggunakan gunting dsinfeksi tingkat tinggi atau steril. Setelah memotong tali
pusat, ganti handuk basah dan selimuti bayi dengan selimut atau kain yang bersih dan kering. Pastikan bahwa
kepala bayi terselimuti dengan baik.
5.
Pencegahan
Laserasi
Laserasi
spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu
dilahirkan. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi yang dilahirkan terlalu
cepat dan tidak terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu dan gunakan perasat
manual yang tepat dapat mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah
terjadinya laserasi. Kerjasama akan sangat bermanfaat saat kepala bayi pada
diameter 5-6 cm tengah membuka vulva
(crowing) karena pengendalian kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat
melewati introitus dan perineum dapat mengurangi kemungkinan terjadinya
robekan. Bimbing ibu untuk meneran dan beristirahat atau bernafas dengan cepat
pada waktunya.
Episiotomi rutin tidak
boleh dilakukan karena dapat menyebabkan :
·
Meningkatnya jumlah darah yang hilang
dan resiko hematoma
·
Kejadian laserisasi derajat tiga atau
empat lebih banyak pada episiotomi rutin di bandingkan dengan tanpa episiotomi
·
Meningkatnya nyeri pascapersalinaan di
daerah perinium
·
Meningkatnya risiko infeksi ( terutama
jika prosedur PI diabaikan )
Indikasi
untuk melakukan epsiotomi untuk mempercepat kelahiran bayi bila di dapatkan:
·
Gawat janin dan bayi akan segera
dilahirkan dengan tindakan
·
Penyulit kelahiran per vaginam
(sungsang, distosiabahu, ekstraksi cunam ( forsep ) atau ekstraksi vakum)
·
Jaringan parut pada perineum atau vagina
yang memperlambat kemajuan persalinan Jika
perlu dilakukan episiotomi,
2.4
Pemantauan Selama Kala Dua Persalinan
(Menurut APN 2008. Hal : 94)
Setiap pemberian asuhan persalinan, bidan harus mampu menerapkan 5
benang merah dalam asuhan persalinan.
Salah satunya yaitu asuhan sayang ibu dan bayi
Dalam kala dua terdapat beberapa contoh asuhan
sayang ibu dan bayi, Seperti:
Asuhan sayang ibu :
·
Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
·
Anjurkan keluarga terutama suami untuk
mendampingi ibu saat persalinan
·
Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai
posisi selama persalinan dan kelahiran bayinya
·
Anjurkan ibu untuk makan dan minum
sepanjang ia menginginkannya.
Asuhan sayang bayi:
·
Memantau
DJJ janin ketika tidak terdapat
his (± 2 menit setelah his berlangsung)
·
Memberi posisi miring ke kiri pada ibu agar bayi mendapat suplay O₂
Kondisi ibu, bayi dan kemajuan persalinan harus
selalu dipantau secara berkala dan ketat selama berlangsungnya kala dua persalinan.
Pantau, Periksa dan Catat:
·
Nadi ibu setiap 30 menit
·
Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30
menit
·
DJJ setiap selesai meneran atau setiap
5-10 menit
·
Penurunan kepala bayi setiap 30 menit
melalui pemeriksaan abdomen (periksa luar) dan periksa dalam setiap 60 menit
atau jika ada indikasi. Hal ini dilakukan lebih cepat.
·
Warna cairan ketuban jika selaputnya
sudah pecah (jernih atau bercampur mekonium atau darah)
·
Apakah ada presentasi majemuk atau tali
pusat di samping atau terkemuka.
·
Putaran paksi luar segera setelah kepala
bayi lahir.
·
Kehamilan kembar yang tidak diketahui
sebelum bayi pertama lahir
·
Catatkan semua pemeriksaan dan
intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan.
2.4
Indikasi untuk Tindakan dan Rujukan Segera
(menurut APN 2008. Hal: 90)
Penilaian
|
Temuan dari
Penilaian dan Pemeriksaan
|
Rencana Asuhan
atau Perawatan
|
·
Nadi
·
Tekanan darah
·
Pernafasan
·
Kondisi keseluruhan
·
Urin
|
Tanda atau gejala syok:
·
Nadi cepat, lemah (110x/menit atau lebih)
·
Tekanan darah
rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg)
·
Pucat Pasi
·
Berkeringatan atau dingin, kulit lembab
·
Nafas cepat (lebih dari 30 x/menit)
·
Cemas, bingung atau tidak sadar
·
Produksi urin sedikit (kurang dari 30 cc/jam)
|
1.
Baringkan miring ke kiri
2.
Naikkan kedua kaki untuk meningkatkan aliran darah ke jantung
3.
Pasang
infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16/18) dan berikan RL atau NS. Infuskan 1L dalam 15 sampai 20
menit; jika mungkin infuskan 2L dalam waktu satu jam pertama, kemudian
turukan ke 125 cc/jam.
4.
Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir.
5.
Dampingi ibu ke tempat rujukan .
|
·
Nadi
·
Urin
|
Tanda atau gejala Dehidrasi:
·
Perubahan
nadi (100x/menit atau lebih)
·
Urin pekat
·
Produksi urin sedikit (kurang dari 30 cc/jam)
|
1.
Anjurkan untuk minum
2.
Nilai ulang setiap 30 menit (menurut pedoman di
partograf). Jika kondisinya tidak membaik dalam waktu 1 jam, pasang infus
menggunakan jarum diameter besar
(ukuran 16/18) dan berikan RL atau NS 125 cc/jam.
3.
Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawat darurat obstetri
dan bayi baru lahir
4.
Dampingi ibu ke tempat rujukan
|
·
Nadi
·
Suhu
·
Cairan vagina
·
Kondisi secara umum
|
Tanda dan gejala Infeksi:
·
Nadi cepat (110x/menit atau lebih)
·
Suhu lebih dari 38°C
·
Menggigil
·
Air ketuban atau cairan vagina yang berbau
|
1.
Baringkan miring ke kiri
2.
Pasang
infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16/18) dan berikan RL atau NS 125 cc/jam.
3.
Berikan ampisilin 2 gr atau amoksisilin 2 gr per
oral.
4.
Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawat darurat obstetri
dan bayi baru lahir
5.
Dampingi ibu ke tempat rujukan.
|
·
Tekanan darah
·
Urin
·
Keluhan Subyektif
·
Kesadaran
·
Kejang
|
Tanda dan gejala pre-eklampsia ringan:
·
Tekanan darah diastolik 90-110 mmHg
·
Proteinuria hingga 2+
Tanda atau gejala pre-eklampsia berat
atau Eklampsia:
·
Tekanan darah sistolik 110 mmHg atau lebih
·
Tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih dengan kejang
·
Nyeri kepala
·
Gangguan penglihatan
·
Kejang (eklampsia)
|
1.
Nilai ulang tekanan darah setiap 15 menit (saat
diantara kontraksi atau meneran)
2.
Jika tekanan darah 110 mmHg atau lebih, pasang
infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL
atau NS 125 cc/jam
3.
Baringkan miring ke kiri
4.
Lihat penatalaksanaan pre eklampsia berat.
1.
Baringkan miring ke kiri
2.
pasang infus menggunakan jarum diameter besar
(ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS 125 cc/jam
3.
berikan dosis awal 4 gr MgSO₄ 20 %
IV selama 20 menit
4.
berikan MgSO₄ 50%, 10 gr (5 gr IM pada masing-masing
bokong)
5.
Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawat darurat obstetri
dan bayi baru lahir
6.
Dampingi ibu ke tempat rujukan
|
Kontraksi
|
Tanda-tanda
inersia uteri
·
Kurang dari 3 kontraksi dalam waktu 10 menit, lama
kontraksi kurang dari 40 detik
|
1.
Anjurkan untuk mengubah posisi dan berjalan-jalan
2.
Anjurkan untuk minum
3.
Pecahkan
ketuban jika selaput ketuban
masih utuh (gunakan setengah kocher
DTT)
4.
Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih
5.
jika bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran
(primigravida) atau 1 jam (multigravida), segera rujuk ke fasilitas yang
memiliki kemampuan penatalaksanaangawat darurat obstetri dan bayi baru lahir
6.
Dampingi ibu ketempat rujukan
|
Denyut
jantung Janin
|
Tanda
gawat jani :
·
DJJ kurang dari 120 atau lebih dari 160x/menit,
mulai waspada tanda awal gawat janin
·
DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180x/menit
|
1.
Baringkan miring ke kiri, anjurkan ibu untik
menarik napas perlahan-lahan dan berhenti meneran
2.
Nilai ulang DJJ setelah 5 menit :
a.
Jika DJJ normal, minta ibu kembali meneran atau
pantu DJJ setelah setiap kontraksi. Pastikan ibu tidak berbaring terlentang
dan tidak menahan nafasnya saat meneran
b.
Jika DJJ abnormal, rujuk ke fasilitas yang
memiliki kemampuan penatalaksanaangawat darurat obstetri dan bayi baru lahir
c.
Dampingi ibu ketempat rujukan
|
Penurunan kepala bayi
|
Kepala
bayi tidak turun
|
1.
Anjurkan untuk meneran sambil jongkok atau berdiri
2.
jika bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran
(primigravida) atau 1 jam (multigravida), ibu dibaringkan miring ke kiri
3.
rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaangawat darurat obstetri dan bayi baru lahir
4.
Dampingi ibu ketempat rujukan
|
Lahirnya
bahu
|
Tanda-tanda
distosia bahu :
·
Kepala bayi tidak melkukan putaran paksi luar
·
Kepala bayi keluar kemudian tertarik kmbali
kedalam vagina (kepala kura-kura)
·
Bahu bayi tidak lahir
|
1.
Lihat lampiran 3
|
Cairan
ketuban
|
Tanda-tanda
cairan ketuban bercampur mekonium :
·
Cairan ketuban berwarna hijau (mengandung
mekonium)
|
1.
Nilai ulang DJJ:
a.
Jika DJJ normal, minta ibu kembali meneran atau
pantu DJJ setelah setiap kontraksi. Pastikan ibu tidak berbaring terlentang
dan tidak menahan nafasnya saat meneran
b.
Jika DJJ abnormal, tangani sebagai gawat
janin(lihat diatas)
2.
Segera setelah kepala bayi lahir, hisap mulut bayi
kemudian hidungnya dengan penghisap lendir DeLee DTT atau steril atau bola
karet penghisap yang baru dan bersih sebelum bahu dilahirkan
|
Tali
Pusat
|
Tanda-tanda
tali pusat menumbung :
·
Tali pusat teraba atau terlihat saat periksa dalam
|
1.
Nilai DJJ, jika ada:
·
Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penata lakasanaan gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir.
·
Dampingi ibu ketempat rujukan.
·
Baringkan miring ke kiri dengan pinggl agak naik.
Dengan memakai tangan tetap di dalam vagina untuk mengangkat kepala bayi agar
tidak menekan tali pusat dan letakkan tangan yang lain di abdomen untuk menahan bayi pada posisinya (keluarga
dapat membantu melakukannya) ATAU
·
Minta ibu berlutut dengan bokong lebih tinggi dari
kepalanya. Dengan mengenakan sarung tangan DTT atau steri, satu tangan tetap
didalam vagina untuk mengangkat kepala bayi dari tali pusat.
2.
Jika DJJ tidak ada
· Beritahukan
ibu dan keluarganya.
· Lahirkan bayi
dengan cara yang paling aman.
|
Tanda-tanda
lilitan tali pusat:
·
Tali pusat mellit leher bayi
|
1.
Jika tali pusat melilit longgar di leher bayi,
lepaskan melewati kepala bayi.
2.
Jika tali pusat melilit erat di leher bayi lakukan
penjepitan tali pusat dengan klem di dua tempat kemudian potong di antaranya
, kemudian lahirkan bayi dengan segera.
|
|
Untuk
kehamilan kembar tak terdeteksi
|
Kehamilan
tak terdeteksi
|
1.
Nilai DJJ
2.
Jika bayi kedua dengan presentasi kepala dan
kepala segera turun , biarkan kelahiran berlangsung seperti bayi pertama.
3.
Jika kondisi-kondisi tersebut tidak terpenuhi,
baringkan ibu miring ke kiri.
4.
Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obtetri dan bayi baru lahir.
5.
Dampingi ibu ke tempat rujukan.
|
Indikasi
untuk tindakan dan rujukan segera:
(menurut rangkuman materi kebidanan)
(menurut rangkuman materi kebidanan)
- Terdapat gejala syok
- Terdapat tanda dan gejala pre eklampsia ringan
- Terdapat tanda dan gejala pre eklampsia berat atau eklampsia
- Terdapat tanda-tanda inertia uteri
- Terdapat tanda-tanda gawat janin
- Kepala bayi tidak turun
- Terdapat tanda-tanda distosia bahu.
- Cairan ketuban bercampur mekonium
- Tali pusat menumbung
- Lilitan tali pusat
- Kehambilan kembar tak terdeteksi.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Kala II persalinan berawal dari
pembukaan lengkap (10cm) hingga bayi lahir. Pada multipara berlangsung selama 1
jam sedangkan pada primipara berlangsung selama 2 jam.
·
Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi
apapun kecuali pada posisi berbaring telentang.
·
Saat menolong persalinan, melindungi
perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hati-hati
dapat mengurangi regangan (sobekan) berlebihan pada vagina dan perineum.
·
Episiotomi rutin tidak boleh dilakukan
karna disamping beresiko, tindakan tersebut tidak menggambarkan asuhan sayang
ibu.
3.2 Saran
·
Sebagai mahasiswa merupakan kewajiban
untuk mempelajari dan mengasah keterampilan dalam menolong persalinan.
·
Seorang bidan harus lebih terampil dan
berpengetahuan luas dalam hal menolong persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
https://creasoft.wordpress.com/category/keperawatankesehatan-masyarakatkebidanan/persalinan/.
(Diakses pada Sabtu, 13 September 2014)
JNPK-KR/POGI.2008.Asuhan Persalinan Normal. Jakarta.
Rangkuman materi kebidanan.
Sulistyawati,Ari
dan Esti Nugraheny. 2010. Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta. Salemba Medika.
Sumarah,
SSIT, dkk. 2008. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta.
Fitramaya.
0 komentar:
Posting Komentar