Kamis, 16 Oktober 2014

makalah persalinan kala II


MAKALAH INC
(PERSALINAN KALA II)

Dosen Pembimbing:
Siti Hamidah, SST., M.Kes

Disusun oleh :
KELOMPOK 8
1.     Resti Eva Lia
2.     Ririn Dwi Ratnasari
3.     Riska Wahyuningsih


AKADEMI KEBIDANAN DELIMA PERSADA GRESIK
TAHUN AKADEMIK 2014-2015



KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT , atas segala limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Persalinan kala II.
Sholawat beriring salam juga tak lupa kami sampaikan kepada nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan kehidupan ini menjadi lebih beradab. Dalam penyusunan makalah ini banyak mengalami hambatan, namun berkat arahan dan bimbingan dari berbagai pihak maka kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Oleh sebab itu pada kesempatan ini kami mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan semua masukan dan arahan sehingga makalah ini dapat diselesikan.
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu saran dan kritik kami harapkan demi kesempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat terutama  kami sebagai penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.



Gresik, 27  September 2014


                                                                                                                                                                                                                                                                        Penyusun





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latarbelakang..............................................................................   1
1.2  Rumusan masalah.........................................................................  1
1.3  Tujuan...........................................................................................  1

BAB II TINJAUAN TEORI
            2.1 Batasan, gejala dan tanda kala dua persalinan...........................   2
2.2 Posisi dan cara meneran yang benar..........................................    3
2.3 Prosedur untuk melahirkan dan menolong bayi.........................   4
2.5 Pemantauan selama kala II persalinan.......................................    10
2.4 Indikasi untuk tindakan dan rujukan segera...............................  11

BAB III PENUTUP
3.1    Kesimpulan................................................................................  17
3.2    Saran..........................................................................................  17

DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Makalah ini menguraikan berbagai proses yang terjadi selama kala dua persalinan dan asuhan yang diperlukan untuk memandu kelancaran proses tersebut. Proses-proses fisiologis yang terjadi  mulai dari adanya gejala dan tanda kala dua dan berakhir dengan lahirnya bayi. Penolong persalinan, selain diharapkan mampu untuk memfasilitasi berbagai proses tersebut, juga terampil dalam mencegah terjadinya berbagai penyulit, mengenali gangguan atau komplikasi sejak tahap yang paling dini, dan menatalaksanakan atau merujuk ibu bersalin secara adekuat dan tepat waktu.

1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana batasan, gejala dan tanda kala dua persalinan?
2. Bagaimana Macam-macam posisi pada kala dua persalinan ?
3. Bagaimana prosedur untuk melahirkan dan menolong bayi ?
4. Bagaimana Pemantauan selama kala II persalinan?
5. Bagaimana indikasi untuk tindakan dan  rujukan segera ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui batasan, gejala dan tanda kala dua persalinan.
2. Mengetahui Posisi dan cara meneran yang benar.
3. Mengetahui prosedur untuk melahirkan dan menolong bayi.
4. Mengentahui  Pemantauan selama kala II persalinan.
5. Mengetahui indikasi untuk tindakan dan rujukan segera.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Batasan  kala dua persalinan
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
(APN : 2008)                                   
Kala II dimulai sejak pembukaan lengkap (10 cm) hingga lahirnya bayi. Pada Multipara berlangsung selama 1 jam sedangkan pada Primipara berlangsung selama 2 jam.
( Rangkuman Materi Kebidanan)

Gejala dan Tanda kala II  persalinan
(Menurut APN.2008)
1.      Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
2.      Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau vagina.
3.      Perineum menonjol (Perjol)
4.      Vulva-vagina dan sfingter ani membuka (vulka)
5.      Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
6.      Terlihatnya kepala janin di introitus vagina.
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah :
·         Pembukaan serviks telah lengkap.
·         Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.


2.2  Posisi saat persalinan.
(Menurut Sumarah, dkk. 2009. Hal: 102)
Persalinan merupakan suatu peristiwa fisiologis tanpa disadari dan terus berlangsung/progresif. Penolong persalinan dapat membantu ibu agar tetap tenang dan rileks, maka penolong persalinan harus memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi meneran dan menjelaskan alternatif-alternatif posisi meneran bila posisi yang dipilih ibu tidak efektif. Adapun macam-macam posisi meneran adalah :
1.      Posisi  setengah duduk
per22.jpg
          Posisi ini dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu dan memberi kemudahan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi. Posisi ini juga dipengaruhi gaya gravitasi untuk membantu  ibu melahirkan bayinya.
2.      Posisi jongkok atau berdiri
per23.jpg
          Posisi ini membantu mempercepat kemajuan kala 2 persalinan dan mengurangi rasa nyeri.


3.      Merangkak atau berbaring miring kiri.
per24.jpg
          Posisi ini membuat ibu merasa lebih nyaman, efektif untuk meneran, mengurangi nyeri punggung dan mengurangi resiko terjadinya laserasi. Posisi ini juga membantu perbaikan oksiput yang melintang untuk berputar posisi menjadi oksiput anterior.
4. Hindari posisi telentang.
Pada posisi telentang dapat menyebabkan:
a.       Hipotensi dapat beresiko terjadinya syok dan berkurangnya suplay oksigen dalam sirkulasi uteroplaceta sehingga dapat menyebabkan hipoksia bagi janin.
b.      Rasa nyeri yang bertambah.
c.       Kemajuan persalinan bertambah lama.
d.      Ibu mengalami gangguan untuk bernafas
e.       Buang air kecil terganggu
f.       Mobilisasi ibu kurang bebas
g.      Ibu kurang semangat
h.      Resiko laserasi jalan lahir bertambah
i.        Dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.

2.3  Prosedur Menolong Persalinan
  (Menurut APN 2008. Hal : 83)
2.3.1 Cara Meneran
1.      Anjurkan ibu untuk meneran  mengikuti dorongan alamiahnya selama kontraksi.
2.      Beritahukan untuk tidak menahan napas saat meneran
3.      Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi
4.      Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah untuk meneran jika lutut ditarik ke arah dada dan dagu ditempelkan ke dada.Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
5.      Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu kelahiran bayi.
6.      Dorongan pada fundus meningkatkan risiko distosia bahu dan ruptura uteri. Peringatkan anggota keluarga ibu untuk tidak mendorong fundus bila mereka mencoba melakukan itu.
Catatan: Jika ibu adalah PrimiGravida dan bayinya belum  lahir atau persalinan tidak akan segera terjadi setelah dua jam meneran maka ia harus segera dirujuk ke fasilitas rujukkan. Lakukan hal yang sama apanila seorang multigravida belum juga melahirkan bayinya atau persalinan tidak akan segera terjadi  setelah satu jam  meneran.

2.3.2 Menolong Kelahiran Bayi
(Menurut APN 2008)
*Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi apapun kecuali pada posisi berbaring telentang (Supine Position).
            Alasan: Jika ibu berbaring telentang maka berat uterus dan isinya (janin,cairan ketuban, plasenta, dll) menekan vena cava inferior ibu. Hal ini akan mengurangi pasokan oksigen melalui sirkulasi utero-plasenter sehingga akan menyebabkan hipoksia pada bayi. Berbaring telentang juga akan mengganggu kemajuan persalinan dan menyulitkan ibu untuk meneran secara efektif (enkin, et al, 2000).
Apapun posisi yang dipilih oleh ibu, pastikan tersedia alas kain atau sarung bersih dibawah ibu dan kemudian untuk menjangkau semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membantu kelahiran bayi. Tempatkan juga kain atau handuk bersih diatas perut ibu sebagai alas tempat meletakkan bayi baru lahir.
1.      Melahirkan  kepala

Saat kepala bayi membuka vulva (5-6), letakkan kain yang bersi dan kering yang dilipat 1/3 nya dibawah bokong ibu dan siapkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu (untuk mengeringkan bayi segera setelahlahir). Lindungi perineum degan satu tangan (di bawah kain bersih dan kering), ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tanngan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum.

Alasan: melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi secara  bertahap dan hati-hati dapat mengurangi regangan berlebihan (robekan) pada vagina dan perineum.

Perhatikan perineum pada saat kepala keluar dan dilahirkan. Usap muka bayi dengan kain atau kasa bersih atau DTT untuk membersihkan lendir dan darah dari mulut da hidung bayi.
image[11].png

Jangan melakukan pengisapan lendir secara rutin pada mulut dan hidung bayi. Sebagian besar bayi sehat dapat menghilangkan lendir tersebut secara alamiah dengan  mekanisme bersin dan menangis saat lahir. Pada pengisapan lendir yang terlalu dalam, ujung kanul penghisap dapat  menyentuh daerah orofaring yang kaya dengan persyarafan parasimpatis sehingga dapat menimbulkan reaksi vaso-vagal. Reaksi ini menyebabkan perlambatan denyut jantung (bradikardia) dan atau henti napas (apnea) sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa  bayi (Enkin, et al, 2000). Dengan alasan itu maka penhisapan  lendir secara rutin menjadi tidak dianjurkan.

Selalu isap mulut bayi lebih dulu sebelum menghisap hidungnya. Mengisap hidung lebih dulu dapat menyebabkan bayi menarik napas dan terjadi aspirasi mekonium atau cairan yang ada di mulutnya. Jangan masukan kateter atau bola karet penghisap terlalu dalam pada mulut atau hidung bayi. Hisap lendir pada bayi dengan lembut, hindari penghisapan yang dalam dan agresif.


Periksa tali pusat pada leher

Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernapas cepat. Periksa leher bayi apakah terlilit oleh tali pusat. Jika ada dan lilitan di leher bayi cukup longgar maka lepaskan lilitan tersebut dengan melewati kepala bayi. Jika lilitan tali pusat dengan klem pada 2 tempat dengan jarak 3 cm, kemudian potong tali pusat di antara 2 klem tersebut.
per26.jpg

2.      Melahirkan bahu  
·         Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat, tunguu kontraksi berikut sehngga terjadi putaran paksi luar secara spontan.
·         Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta ibu meneran sambil menekan kepala ke arah bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu depan melewati simfisis.
·         Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala ke atas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan.
per27.jpg
Catatan: sulit untuk memperkirakan  kapan distosia bahu dapat terjadi. Sebaiknya selalu dianstipasi kemungkinan  terjadinya distosia bahu pada setiap kelahiran bayi, terutama pada bayi-bayi besar dan penurunan kepala lebih lambat dari biasanya. Jika terjadi ditosia bahu maka tatalaksana sebaik mungkin

Tanda-tanda dan gejala-gejala distosia bahu adalah sebagai berikut:
·            Kepala seperti tertahan di dalam vagina.
·            Kepala lahir tetapi tidak terjadi putaran paksi luar.
·            Kepala sempat keluar tetapi tertarik kembali ke dalam vagina (turtle  sign)

3.                  Melahirkan seluruh tubuh bayi
per28.jpg
·         Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) ke arah perineum dan sanggah bahu dan lengan atas bayi pada tanga tersebut.
·         Gunakan jari tnangan-tangan yang sama utuk mengendalikan kelahiran siku dan tangan pada sisi posterior   bayi pada saat melewati perineum.
·         Gunakan tngan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan tangan posterior saat melewat perineum.
·         Tangan bawah (pasterior) menopang samping lateral tubuh bayi saat lahir
·         Secara simultan. Tangan atas (anterior) untuk menelusuri dan memegang bahu, siku dan lengan bagian anteior.
·         Lanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi ke bagian punggung. Bokong dan kaki.
·         Dari arah belakang. Siapkan jari telunjuk tangan atas di antara kedua kaki bayiyang kkemudian di pegang dengan ibu jari dan ketiga jari tangan lainya
LOGO AKBID.jpg
·         Letakkan bayi diatas kin atau handuk yang telah disiapkan pada perut bawah ibu dan posisikan kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya.
·         Segera keringkan sambi melakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi dengan kan atau selimut di atas perut ibu. Pastikan bahwa kepala bayi tertutup dengan  baik.

4.        Memotong tali pusat
per29.jpg

Dengan menggunakan  klem DTT, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada sisi aau mengarah ke ibu. Pegang tali pusat di antara keuda klelm tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebt dengan menggunakan gunting dsinfeksi tingkat tinggi atau steril. Setelah memotong tali pusat, ganti handuk basah dan selimuti bayi dengan selimut atau  kain yang bersih dan kering. Pastikan bahwa kepala bayi terselimuti dengan baik.

5.      Pencegahan Laserasi
Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu dilahirkan. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi yang dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu dan gunakan perasat manual yang tepat dapat mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi. Kerjasama akan sangat bermanfaat saat kepala bayi pada diameter 5-6 cm tengah  membuka vulva (crowing) karena pengendalian kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat melewati introitus dan perineum dapat mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. Bimbing ibu untuk meneran dan beristirahat atau bernafas dengan cepat pada waktunya.
Episiotomi rutin tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan :
·         Meningkatnya jumlah darah yang hilang dan resiko hematoma
·         Kejadian laserisasi derajat tiga atau empat lebih banyak pada episiotomi rutin di bandingkan dengan tanpa episiotomi
·         Meningkatnya nyeri pascapersalinaan di daerah perinium
·         Meningkatnya risiko infeksi ( terutama jika prosedur PI diabaikan )

Indikasi untuk melakukan epsiotomi untuk mempercepat kelahiran bayi bila di dapatkan:
·         Gawat janin dan bayi akan segera dilahirkan dengan tindakan
·         Penyulit kelahiran per vaginam (sungsang, distosiabahu, ekstraksi cunam ( forsep ) atau ekstraksi vakum)
·         Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat kemajuan persalinan  Jika perlu dilakukan  episiotomi,                                                                       
2.4  Pemantauan Selama Kala Dua Persalinan
(Menurut APN 2008. Hal : 94)
Setiap pemberian asuhan  persalinan, bidan harus mampu menerapkan 5 benang merah dalam  asuhan persalinan. Salah satunya yaitu asuhan  sayang  ibu dan bayi
Dalam kala dua terdapat beberapa contoh asuhan sayang ibu dan bayi, Seperti:
Asuhan sayang ibu :
·         Dengarkan dan  tanggapi pertanyaan  dan  kekhawatiran ibu.
·         Anjurkan keluarga terutama suami untuk mendampingi ibu saat persalinan
·         Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayinya
·         Anjurkan ibu untuk makan dan minum sepanjang  ia menginginkannya.
Asuhan sayang bayi:
·         Memantau  DJJ  janin ketika tidak terdapat his (± 2 menit setelah his berlangsung)
·         Memberi posisi miring  ke kiri pada ibu agar bayi mendapat suplay O
Kondisi ibu, bayi dan kemajuan persalinan harus selalu dipantau secara berkala dan ketat selama berlangsungnya kala dua persalinan.
Pantau, Periksa dan Catat:
·         Nadi ibu setiap 30 menit
·         Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
·         DJJ setiap selesai meneran atau setiap 5-10 menit
·         Penurunan kepala bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan abdomen (periksa luar) dan periksa dalam setiap 60 menit atau jika ada indikasi. Hal ini dilakukan lebih cepat.
·         Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih atau bercampur mekonium atau darah)
·         Apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat di samping atau terkemuka.
·         Putaran paksi luar segera setelah kepala bayi lahir.
·         Kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelum bayi pertama lahir
·         Catatkan semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan.
2.4 Indikasi untuk Tindakan dan Rujukan Segera
(menurut APN 2008. Hal: 90)
Penilaian
Temuan dari Penilaian dan Pemeriksaan
Rencana Asuhan atau Perawatan
·         Nadi
·         Tekanan darah
·         Pernafasan
·         Kondisi keseluruhan
·         Urin
Tanda atau gejala syok:
·         Nadi cepat, lemah (110x/menit atau lebih)
·         Tekanan darah  rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg)
·         Pucat Pasi
·         Berkeringatan atau dingin, kulit lembab
·         Nafas cepat (lebih dari 30 x/menit)
·         Cemas, bingung atau  tidak sadar
·         Produksi urin sedikit (kurang dari 30 cc/jam)
1.      Baringkan miring ke kiri
2.      Naikkan kedua kaki untuk  meningkatkan aliran darah ke jantung
3.      Pasang  infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16/18) dan berikan  RL atau NS. Infuskan 1L dalam 15 sampai 20 menit; jika mungkin infuskan 2L dalam waktu satu jam pertama, kemudian turukan ke 125 cc/jam.
4.      Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir.
5.      Dampingi ibu ke tempat rujukan .
·         Nadi
·         Urin
Tanda atau gejala Dehidrasi:
·         Perubahan  nadi (100x/menit atau lebih)
·         Urin pekat
·         Produksi urin sedikit (kurang dari 30 cc/jam)
1.      Anjurkan untuk minum
2.      Nilai ulang setiap 30 menit (menurut pedoman di partograf). Jika kondisinya tidak membaik dalam waktu 1 jam, pasang infus menggunakan jarum diameter besar  (ukuran 16/18) dan berikan RL atau NS 125 cc/jam.
3.      Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan  gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir
4.      Dampingi ibu ke tempat rujukan
·         Nadi
·         Suhu
·         Cairan vagina
·         Kondisi secara umum
Tanda dan gejala Infeksi:
·         Nadi cepat (110x/menit atau lebih)
·         Suhu lebih dari 38°C
·         Menggigil
·         Air ketuban atau cairan vagina yang berbau
1.      Baringkan miring ke kiri
2.      Pasang  infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16/18) dan berikan  RL atau NS 125 cc/jam.
3.      Berikan ampisilin 2 gr atau amoksisilin 2 gr per oral.
4.      Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan  gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir
5.      Dampingi ibu ke tempat rujukan.
·         Tekanan darah
·         Urin
·         Keluhan Subyektif
·         Kesadaran
·         Kejang

Tanda dan gejala pre-eklampsia ringan:
·         Tekanan darah diastolik 90-110 mmHg
·         Proteinuria hingga 2+








Tanda atau gejala pre-eklampsia berat atau Eklampsia:
·         Tekanan darah sistolik 110 mmHg atau  lebih
·         Tekanan darah diastolik 90 mmHg atau  lebih dengan kejang
·         Nyeri kepala
·         Gangguan penglihatan
·         Kejang (eklampsia)
1.      Nilai ulang tekanan darah setiap 15 menit (saat diantara kontraksi atau meneran)
2.      Jika tekanan darah 110 mmHg atau lebih, pasang infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS 125 cc/jam
3.      Baringkan miring ke kiri
4.      Lihat penatalaksanaan pre eklampsia berat.


1.      Baringkan miring ke kiri
2.      pasang infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS 125 cc/jam
3.      berikan dosis awal 4 gr MgSO  20 %  IV selama 20 menit
4.      berikan MgSO  50%, 10 gr (5 gr IM pada masing-masing bokong)
5.      Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan  gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir
6.      Dampingi ibu ke tempat rujukan
Kontraksi
Tanda-tanda inersia uteri
·         Kurang dari 3 kontraksi dalam waktu 10 menit, lama kontraksi kurang dari 40 detik
1.      Anjurkan untuk mengubah posisi dan berjalan-jalan
2.      Anjurkan untuk minum
3.      Pecahkan  ketuban jika   selaput ketuban masih utuh (gunakan setengah  kocher DTT)
4.      Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih
5.      jika bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran (primigravida) atau 1 jam (multigravida), segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaangawat darurat obstetri dan bayi baru lahir
6.      Dampingi ibu ketempat rujukan
Denyut jantung Janin
Tanda gawat jani :
·         DJJ kurang dari 120 atau lebih dari 160x/menit, mulai waspada tanda awal gawat janin
·         DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180x/menit
1.      Baringkan miring ke kiri, anjurkan ibu untik menarik napas perlahan-lahan dan berhenti meneran
2.      Nilai ulang DJJ setelah 5 menit :
a.       Jika DJJ normal, minta ibu kembali meneran atau pantu DJJ setelah setiap kontraksi. Pastikan ibu tidak berbaring terlentang dan tidak menahan nafasnya saat meneran
b.      Jika DJJ abnormal, rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaangawat darurat obstetri dan bayi baru lahir
c.       Dampingi ibu ketempat rujukan
Penurunan  kepala bayi
Kepala bayi tidak turun
1.      Anjurkan untuk meneran sambil jongkok atau  berdiri
2.      jika bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran (primigravida) atau 1 jam (multigravida), ibu dibaringkan miring ke kiri
3.      rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaangawat darurat obstetri dan bayi baru lahir
4.      Dampingi ibu ketempat rujukan
Lahirnya bahu
Tanda-tanda distosia bahu :
·         Kepala bayi tidak melkukan putaran paksi luar
·         Kepala bayi keluar kemudian tertarik kmbali kedalam vagina (kepala kura-kura)
·         Bahu bayi tidak lahir
1.      Lihat lampiran 3
Cairan ketuban
Tanda-tanda cairan ketuban bercampur mekonium :
·         Cairan ketuban berwarna hijau (mengandung mekonium)
1.      Nilai ulang DJJ:
a.       Jika DJJ normal, minta ibu kembali meneran atau pantu DJJ setelah setiap kontraksi. Pastikan ibu tidak berbaring terlentang dan tidak menahan nafasnya saat meneran
b.      Jika DJJ abnormal, tangani sebagai gawat janin(lihat diatas)
2.      Segera setelah kepala bayi lahir, hisap mulut bayi kemudian hidungnya dengan penghisap lendir DeLee DTT atau steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih sebelum bahu dilahirkan
Tali Pusat
Tanda-tanda tali pusat menumbung :
·         Tali pusat teraba atau  terlihat saat periksa dalam
1.      Nilai DJJ, jika ada:
·         Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penata lakasanaan gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir.
·         Dampingi ibu ketempat rujukan.
·         Baringkan miring ke kiri dengan pinggl agak naik. Dengan memakai tangan tetap di dalam vagina untuk mengangkat kepala bayi agar tidak menekan tali pusat dan letakkan tangan yang lain di abdomen  untuk menahan bayi pada posisinya (keluarga dapat membantu melakukannya) ATAU
·         Minta ibu berlutut dengan bokong lebih tinggi dari kepalanya. Dengan mengenakan sarung tangan DTT atau steri, satu tangan tetap didalam vagina untuk mengangkat kepala bayi dari tali pusat.
2.      Jika DJJ tidak ada
·      Beritahukan ibu dan keluarganya.
·      Lahirkan bayi dengan cara yang paling aman.

Tanda-tanda lilitan tali pusat:
·         Tali pusat mellit leher bayi
1.      Jika tali pusat melilit longgar di leher bayi, lepaskan melewati kepala bayi.
2.      Jika tali pusat melilit erat di leher bayi lakukan penjepitan tali pusat dengan klem di dua tempat kemudian potong di antaranya , kemudian lahirkan bayi dengan segera.
Untuk kehamilan kembar tak terdeteksi
Kehamilan tak terdeteksi
1.      Nilai DJJ
2.      Jika bayi kedua dengan presentasi kepala dan kepala segera turun , biarkan kelahiran berlangsung seperti bayi pertama.
3.      Jika kondisi-kondisi tersebut tidak terpenuhi, baringkan ibu miring ke kiri.
4.      Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obtetri dan bayi baru lahir.
5.      Dampingi ibu ke tempat rujukan.




Indikasi untuk tindakan dan  rujukan segera:
(menurut rangkuman  materi kebidanan)
  1. Terdapat gejala syok
  2. Terdapat tanda dan gejala pre eklampsia ringan
  3. Terdapat tanda dan gejala pre eklampsia berat atau eklampsia
  4. Terdapat tanda-tanda inertia uteri
  5. Terdapat tanda-tanda gawat janin
  6. Kepala bayi tidak turun
  7. Terdapat tanda-tanda distosia bahu.
  8. Cairan ketuban bercampur mekonium
  9. Tali pusat menumbung
  10. Lilitan tali pusat
  11. Kehambilan kembar tak terdeteksi.











BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

·         Kala II persalinan berawal dari pembukaan lengkap (10cm) hingga bayi lahir. Pada multipara berlangsung selama 1 jam sedangkan pada primipara berlangsung selama 2 jam.
·         Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi apapun kecuali pada posisi berbaring telentang.
·         Saat menolong persalinan, melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hati-hati dapat mengurangi regangan (sobekan) berlebihan pada vagina dan perineum.
·         Episiotomi rutin tidak boleh dilakukan karna disamping beresiko, tindakan tersebut tidak menggambarkan asuhan sayang ibu.


3.2  Saran
·         Sebagai mahasiswa merupakan kewajiban untuk mempelajari dan mengasah keterampilan dalam menolong persalinan.
·        Seorang bidan harus lebih terampil dan berpengetahuan luas dalam hal menolong persalinan.
DAFTAR PUSTAKA

JNPK-KR/POGI.2008.Asuhan Persalinan Normal. Jakarta.
Rangkuman  materi kebidanan.
Sulistyawati,Ari dan Esti Nugraheny. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta. Salemba Medika.
Sumarah, SSIT, dkk. 2008. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta. Fitramaya.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran

Translate